Rabu, 25 Juni 2014
Dear neptunus,
Rabu, 18 Juni 2014
Semoga tidak kamu lagi. (insp; -ZarryHendrik-)
Ada rasa sedih saat melihatmu bahagia. Bukan karna aku tak ingin kamu bahagia. Melainkan, karna bukan aku yang membahagiakanmu. Itu menyakitkan. Seperti pukulan yang sebenarnya ingin buatku tersadar. Mungkin ini waktu untuk aku terpuruk. Supaya aku dapat melihat tuhan memakai kenangan ini untuk buatku dipenuhi kesiapan. Sehingga doa dapat melahirkan semangat dan kemudian buatku bangkit. Namun ketahuilah sebelum aku sudah tak lagi mencintaimu. Kini darahku mengalir membawa bayang-bayangmu mengelilingi tubuhku. Dan jantungku, berdenting demi kau menari-nari dipikiranku.
Ada satu hal yang sampai hari ini masih membuat aku bangga menjadi aku.
Itu karna......aku mampu terima kamu apa adanya. Aku meminta ampun kepada tuhan sebab aku pernah berharap kalau suatu saat ketika angin menghempasku hilang dari daya ingatmu, aku tak ingin pernah lagi menginjak bumi. Sebab hidup, jadi terasa bagaikan dinding yang dingin. Dan aku harus menjadi paku sebab kamu bagai lukisan dan cinta itu palunya. Memukul aku. Memukul aku. Dan memukul aku sampai aku benar-benar menancap kuat. Pada akhirnya, semoga tidak kamu lagi yang aku lihat sebagai satu-satunya cahaya dalam pejamku sebelum pulas. Iya.....semoga tidak kamu lagi.
Terabaikan. ( Insp; -AlmaunNBA-)
Cinta....kenapa kau tinggalkan aku?
Takkan ada cinta seperti dirimu lagi. Saat aku sendiri, kau malah semakin menjauh. Ku begitu ingin kau memelukku untuk terakhir kalinya. Aku begitu menyayangimu walaupun aku tahu kamu takkan pernah peduli. Aku masih merindukanmu walaupun aku tahu kau terus menjauhi aku. Aku takkan sanggup menghapus segala bayangmu. Tapi kini, kurelakan kau pergi dariku. Kegembiraan yang aku rasakan saat memilikimu, telah berubah jadi kesedihan karna kehilanganmu. Mengapa diriku takkan pernah bisa melupakanmu? Dan mengapa dirimu yang selalu ada difikiranku? Mungkin salahku juga terlalu mencintaimu sampai mati.
Kuratapi kisahku dengan airmata. Kurenungi kisah kita dengan tangis senyum. Hati ini terlalu sakit, karna cintamu. Serpihan demi serpihan luka kurasa. Kepingan demi kepingan kuingat. Semakin ku kenang semakin hancur hati ini. Tapi mengapa, sampai sekarang aku masih bisa mencintaimu?
Bilur-bilur luka meleleh, harapan cinta mengental. Mencoba memperbaiki tangis dan menghapus airmata dipipi. Mengapa luka ini membuatku makin cinta? Kapankah airmata ini menjadi airmata yang bening dan tak keruh? Kapankah derai tangisku terhenti, menjadi satu yang terakhir.
Seharusnya aku tak perlu tangisi, seharusnya aku kuat. Harusnya aku tak perlu pertaruhkan airmata ini demi satu kenangan, dan masa yang telah pergi. Tapi mengapa, mengapa sampai sekarang aku tak bisa melupakannya? Mengapa terus jatuh dan menumpah airmata yang perihkan hati ini. Hatiku sekarang menjadi perasa. Airmata ini jatuh, jatuh untuk cinta yang telah mengabaikanku. Mataku yang menjadi saksi bagaimana airmataku jatuh untuknya.
Airmataku terus jatuh terlalu banyak dan menderai. Terlalu lama menetes dan terus menumpah. Aku sendiri, bersama lukaku yang tenggelam oleh suara tangisku. Dan bersama serpihan hati yang akan kubawa.......sampai aku mati.